Millenial dan Asa Masa Depan Pertanian Kita


“Tanah Indonesia ibarat tanah surga,tongkat kayu dan batu jadi tanaman”, seperti itulah penggalan lirik lagu yang dilantunkan oleh penyanyi lagendaris Koes Plus. Karena kesuburan tanah tersebut, tentunya Indonesia menjadi tanah yang menggiurkan bagi Industri pertanian. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri atas 17.000 pulau dan dengan wilayah daratan seluas 1.9 juta km2. Tidak diragukan lagi bahwa Indonesia memiliki potensi lahan yang sangat besar untuk aktifitas pertanian yang terhampar luas dari Sabang sampai Merauke.

Jika Kita Merefleksi Fakta sejarah Bangsa kita,penulis berasumsi bahwa sektor pertanian Pertanian menjadi penyelamat pada krisis finansial 1998 maupun krisis akibat pandemi covid-19. Dengan mencatat pertumbuhan 0,93%, sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang mencatatkan pertumbuhan positif pada saat semua sektor yang lain mengalami pertumbuhan negatif. Pengalaman yang sama terjadi saat ini dengan pertumbuhan 1,75% pada 2020, dan 2,95% pada kuartal I 2021 sementara sebagian besar sektor lain mengalami penurunan. Selain itu, fungsi penyelamat juga ditunjukkan dengan tertampungnya tenaga kerja dari sektor non-pertanian yang kehilangan pekerjaan akibat krisis. Sehingga Secara umum, tingkat pertumbuhan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian cenderung menurun sekitar 5% per tahun. Namun pada 1998 dan 2020 terjadi anomali berupa penambahan proporsi sebesar 4,5% pada 1998 dan 7,5% pada 2020 Hingga akhir tahun 2022, sektor pertanian trendnya masih sangat positif. Ini merupakan tanda bagi kita bangsa Indonesia bahwa dengan segala upaya dan sumber daya yang kita miliki Indonesia akan mampu mewujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia 2045 melalui peran generasi millenial. 

Syahrul Yasin Limpo,Menteri Pertanian RI dalam Berbagai Kesempatan menekankan bahwa Generasi millenial menjadi tumpuan bagi pertanian Indonesia. dengan demikian generasi millenial memiliki peran vital dalam pembangunan pertanian berkelanjutan. Potensi peran millennial dalam mewujudkan masa depan pertanian yang maju, mandiri dan modern sangatlah besar, dimana Indonesia kedepannya akan menghadapi bonus demografi. Sehingga jumlah penduduk usia produktif akan lebih banyak dari pada penduduk non-produktif, hal ini menjadi potensi dan tantangan untuk Indonesia apakah mampu untuk mengoptimalkan dan menyambut untuk kedaulatan pangan Indonesia di 2045.

Untuk mewujudkan Potensi tersebut Pemerintah Melalui Kemeterian Pertanian Melakukan grand design melalui peningkatan kualitas SDM petani milenial dan lingkungan yang mendukung perkembangan usaha pertanian. Lokus Utamanya adalah menjadikan petani milenial, yaitu petani dan/atau pengusaha pertanian yang saat ini berusia antara 19-39 tahun, sebagai sasaran utama kegiatan. Berbagai program dalam bingkai penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan pertanian ditujukan untuk menumbuhkembangkan kewirausahaan muda pertanian. BPPSDMP menetapkan target terbentuknya 2,5 juta petani milenial dalam lima tahun ke depan. Pandemi nampaknya menjadi kesempatan untuk memperbesar skala peserta pelatihan dalam waktu relatif singkat. Penggunaan metode daring ataupun modifikasi antara daring dan luring memungkinkan Pusat Pelatihan Pertanian untuk menyelenggarakan pelatihan beberapa gelombang yang diikuti oleh lebih dari 1,6 juta peserta yang terdiri dari petani dan insan pertanian lainnya dalam waktu kurang dari dua minggu. Selain itu, BPPSDMP juga menetapkan kegiatan pendukung lainnya seperti penumbuhan wirausaha muda pertanian (PWMP), pelatihan kewirausahaan bagi petani, pendidikan vokasi, pelatihan vokasi, pengembangan Komando Strategi Pembangunan Pertanian tingkat Kecamatan (Kostratani), pemberdayaan pusat pelatihan pertanian dan perdesaan swadaya (P4S), Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan, integrated participatory development and management of irrigation project (IPDMIP), serta program youth enterpreneur and employment support services (YESS). 

Seperti yang kita ketahui bersama,Pada era globalisasi yang saat ini sudah memsuki revolusi industri 4.0 pada bidang pertanian menyebabkan petani-petani tradisional harus mulai untuk beradaptasi dengan masuknya revolusi industri 4.0 akan tetapi hemat penulis para petani tradisional terbilang terlambat untuk mempelajari teknologi yang berekembang saat ini, diakarenakan penerimaan informasi terbilang lambat dikarenakan para petani tradisional saat ini berusia tua. Hal ini tidak diiringi dengan kemauan generasi muda untuk mau melanjutkan menjadi petani. Perkembangan teknologi pada era 4.0 ini membuat pola pikir manusia berubah, mereka beranggapan bahwa petani adalah pekerjaan yang kuno, ditambah lagi dengan anggapan mereka bahwa petani pendapatannya rendah. Akan tetapi pemerintah mencanangkan program petani milenial hal ini bertujuan untuk meregenerasi petani,sementara itu definisi generasi milenial dapat diartikan sebagai generasi yang lahir pada tahun 1980-2001,Generasi milenial inil tumbuh bersamaan dengan berkembangnya teknologi dengan pesat, maka tidak heran jika generasi milenial selalu melibatkan teknologi pada setiap aspek kehidupannya. 

Hemat Penulis Pada dasarnya jika generasi milenial ini memiliki kemauan untuk menjadi petani bukan tidak mungkin perekonomian akan meningkat, mengingat mereka tumbuh dan berkembang pada era revolusi industri 4.0 yang mana semua kegiatannya berbasis teknologi, pekerjaan yang awalnya dianggap tidak akan mendapat pendapatan yang besar jika dikombinasikan dengan teknologi kemungkinan besar akan mematahkan persepsi mereka tentang pertanian. Jika hal ini disebabkan perkembangan teknologi mengaharuskan petani tradisional untuk beregenerasi dengan petani milenial, yang mana petani milenial ini akan menggunakan teknologi pada sektor pertanian sehinggan bertani bisa dilakukan dengan menyenangkan, ditambah lagi adanya teknologi dapat meningkatkan kualitas serta harga produk.

Maka Untuk mencapai tujuan ini tentunya perlu persiapan yang matang dan terstruktur misalnya salah satu contohnya melalui program youth enterpreneur and employment support services (YESS). hal ini bertujuan untuk mengubah pola pikir generasi muda pada sektor pertanian yang awalnya dianggap kurang menarik menjadi lebih tertarik,hal ini tentu saja berdasarkan fakta bahwa sektor pertanian mempunyai ketahanan ekonomi khususnya pada masa pasca pandemi covid-19 saat ini. 

Untuk mendukung adanya perubahan sosial menuju lebih baik perlu adanya faktor baik dari internal maupun eksternal, faktorfaktor ini yang mengharuskan generasi milenial untuk mau melakukan perubahan pada kehidupan sosial mereka misalnya saja yang terjadi saat ini terjadi adalah penemuan penemuan baru.Saat ini pada sketor pertanian sudah banyak penemuan-penemuan baru baik itu berupa alat dan mesin pertanian maupun pemuliaan tanaman, petani tradisional tidak cukup cakap untuk menggunakannya sendiri, maka menjadi keharusan bagi generasi milenial untuk menggunakannya, selain itu untuk membentuk ketahanan pangan maka generasi milenial mau tidak mau harus mau memulai melakukan gerakan perubahan sosial. 

Faktor lainnya menurut penulis adalah bertambahnya penduduk (Baca Bonus Deografi), perkembangan msayarakat yang sangat pesat, dan keterbatasan lahan menjadi faktor pening untuk generasi milenial mau untuk berprofesi sebagai petani. Minimnya lapangan pekerjaan dan saingan yang sangat banyak juga menjadi faktor untuk terjadinya perubahan sosial dari petani tradisional menjadi petani milenial atau petani berdasi. Generasi milenial menjadi ujung tombak ketahanan pangan untuk masa depan khususnya di Indonesia, ide-ide inovatif dan membangun sangat dibutuhkan Negara saat ini, generasi pemikir seperti generasi milenial inilah yang sangat cocok untuk melakukannya,Bukan Begitu?

*Penulis;Sinar Alam,S.PdI (Tenaga Mobilizer Program YESS Bone 2022) 

Post a Comment

أحدث أقدم