Isyarat-Isyarat Dan Fakta-Fakta Sains Di Dalam AL QUR’AN AL Karim
Penulis: Usmar/Dosen Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ
MUQADDIMAH
Kita sudah berada di penghujung
bulan Ramadhan 1446 H. Bulan Ramadhan sering juga disebut sebagai Bulan Al
Qur’an (syahr al qur’an), karena Al Qur’an pertama kali diturunkan atau
diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam di Bulan
Ramadhan. Di Bulan Ramadhan ini pula kita disunnahkan untuk memperbanyak membaca
Al Qur’an. Membaca Al Qur’an dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu mengaji
dan mengkaji. Mengaji (reading/recitating) adalah
ritual membaca Al Qur’an secara tartil (pelan dan sistematis), huruf
demi huruf, ayat demi ayat hingga khatam (tamat) 30 juz, dengan
mengharapkan mendapat pahala, karena setiap huruf yang dibaca dengan ikhlas
dijanjikan untuk mendapatkan fadhilah dan pahala berlipat ganda dari
Allah. Sedangkan mengkaji (learning/studying) adalah
kegiatan membaca Al Qur’an bukan sekedar membaca saja, tetapi juga berupaya
untuk memahami makna yang terkandung di setiap ayat yang dibaca itu sehingga
mampu menambah keyakinan dan keimanan akan kebenaran Al Qur’an sebagai Kitab
Suci.
Sebelum melanjutkan ulasan ini,
penulis lebih dahulu menyampaikan diclaimer,
bahwa dalam tulisan ini penulis tidak bermaksud untuk memberikan tafsiran atas
ayat Al Qur’an yang dikutip, namun hanya sekedar untuk mentadabburi (dapat diartikan dengan menghayati) dalam rangka mencoba memahami
maksud ayat-ayat tersebut, yang pada akhirnya semoga semakin meningkatkan
keimanan atas kebenaran Al Qur’an.
Al Qur’an diturunkan lebih 14 abad
yang lalu, di saat sains dan teknologi yang dimiliki oleh manusia masih sangat
terbatas, sehingga mereka tidak begitu menyadari dan memahami isyarat-isyarat dan fakta-fakta sains yang terkandung di dalam ayat suci tersebut. Al
Qur’an berisi petunjuk untuk menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri
menuju kepada kehidupan akhirat, termasuk petunjuk untuk memahami fenomena di
alam semesta ini, sehingga berbagai ayat menekankan dan memerintahkan kepada
umat manusia untuk senantiasa berfikir dalam memperhatikan segala fenomena alam
semesta tersebut. Sebagai seorang akademisi, yang berkecimpung di dunia sains,
penulis mencoba mengkaji adanya ayat-ayat Allah kepada kita untuk memahami isyarat-isyarat
dan fakta-fakta sains tersebut.
ISYARAT-ISYARAT SAINS
Ayat yang sangat terkenal memberikan
isyarat agar manusia senantiasa mengamati fenomena alam semesta ini adalah ayat
190 – 191, Surah Aali ‘Imraan (Surah ke-3):
اِنَّ فِيْ
خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ ١٩٠ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ
اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ
السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ ١٩١
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka.
Kedua ayat
ini memberi isyarat kepada manusia agar selalu melakukan pengamatan terhadap
fenomena alam semesta ini. Adapun mereka yang konsisten melakukan pengamatan
itu digelari oleh Allah dengan gelar Ulil
Albaab (diterjemahkan sebagai
orang-orang yang berakal),
yang mengamati segala fenomena alam semesta hingga tiba pada kesimpulan bahwa
Allah menciptakan alam semesta tidak dalam keadaan sia-sia, lalu mereka memohon
perlindungan dari adzab neraka.
Selanjutnya
isyarat Allah yang lebih detil lagi agar manusia mengkaji ilmu pengetahuan
(sains) yang tersirat di alam semesta ini adalah pada Surah Al Ghasyiyah
(surah ke-88), ayat 17 – 20:
اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ
١٧ وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ ١٨ وَاِلَى الْجِبَالِ
كَيْفَ نُصِبَتْۗ ١٩ وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ
٢٠
17. Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?
18. dan langit,
bagaimana ditinggikan? 19. Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?
20. Dan bumi
bagaimana dihamparkan?
Dalam keempat ayat ini, Allah
secara detil mengisyaratkan agar umat manusia terus mengkaji fenomena sains. Bagaimana unta diciptakan, merupakan
isyarat Allah agar kita mengkaji ilmu-ilmu hayati (biologi) dengan
berbagai cabangnya, bagaimana langit
ditinggikan, adalah isyarat Allah agar kita mengkaji ilmu-ilmu
astronomi dengan berbagai cabangnya,
bagaimana gunung-gunung ditegakkan,
merupakan isyarat Allah agar kita mengkaji ilmu-ilmu vulkanologi juga
dengan berbagai cabangnya, dan bagaimana bumi
dihamparkan, adalah isyarat Allah agar manusia mengkaji berbagai
ilmu tentang kebumian, geografi, geologi, dan lain-lain.
Ada lagi satu
ayat yang merupakan isyarat dan segaligus fakta sains yang baru terungkap
setelah munculnya teori penciptaan alam semesta, yaitu Surah Al Anbiyaa’
(surah ke-21), ayat 30.
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ ٣٠
30. Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya
menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka
tidak beriman?
Di dalam ayat di atas ada 2
isyarat sains yang diberikan oleh Allah, yang tentunya tidak atau belum
terjangkau oleh akal fikiran orang-orang di masa diturunkannya ayat tersebut,
yaitu terkait dengan penciptaan alam semesta,
dan terciptanya semua makhluk hidup dari air.
Barulah setelah para ilmuwan astronomi mencoba untuk menyusun teori penciptaan
alam semesta, isyarat ayat ini terungkap sebagai satu fakta. Sebagaimana kita
ketahui bahwa ada berbagai teori tentang terciptanya alam semesta ini, salah
satu di antaranya adalah teori dentuman besar (big
bang), yang mengatakan bahwa pada awalnya alam semesta ini merupakan suatu titik tunggal yang memiliki volume nol dan kerapatan
yang tidak terbatas, lalu terjadi ledakan dahsyat, dan dari
ledakan inilah yang menyebabkan alam semesta terbentuk, terbentuknya berbagai
galaksi dan tatasurya, salah satu di ataranya adalah Galaksi Bimasakti di mana
Tatsasurya Bumi berada.
Adapun terkait dengan semua
makhluk hidup tercipta dari air, sekarang telah menjadi fakta ilmiah bahwa
tubuh makhluk hidup, khususnya manusia sebagian besar terdiri atas air,
rata-rata 70% dari total bobot tubuh. Hal ini juga diperkuat pada ayat yang
lain, yaitu Surah An Nuur (surah ke-24), ayat 45:
وَاللّٰهُ خَلَقَ
كُلَّ دَاۤبَّةٍ مِّنْ مَّاۤءٍۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ
يَّمْشِيْ عَلٰى بَطْنِهٖۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰى رِجْلَيْنِۚ وَمِنْهُمْ
مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰٓى اَرْبَعٍۗ يَخْلُقُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٤٥
45. Dan Allah menciptakan
semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas
perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain)
berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh,
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Di ayat ini juga terungkap
secara detil jenis-jenis makhluk hidup, ditinjau dari cara berjalannya di atas
bumi. Sungguh Allah Maha Berkehendak.
FAKTA-FAKTA SAINS
Selanjutnya, penulis akan
mengungkap beberapa ayat dari sekian banyak ayat dalam Al Qur’an yang berisi fakta-fakta
sains yang baru terungkap setelah berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi umat manusia sejak era Renaissans.
1.
Siklus durasi siang dan malam
Sebagaimana kita amati dan ketahui selama ini, bahwa
terkadang durasi siang hari lebih panjang daripada malam hari, demikian pula
sebaliknya. Ternyata hal ini sudah diisyaratkan oleh Allah di dalam Surah Aali
Imraan (surah ke-3), ayat 27; Al Hajj (surah ke-22), ayat 61; dan Luqman
(surah ke-31), ayat 29.
تُوْلِجُ الَّيْلَ
فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ
الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ٢٧ ( اٰل عمران/3: 27)
27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan
Engkau masukkan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki
kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” (Aali 'Imraan/3:27)
ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ يُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ
وَيُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَاَنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ ٦١ ( الحج/22: 61)
61. Demikianlah karena Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang
dan memasukkan siang ke dalam malam dan sungguh, Allah Maha Mendengar,
Maha Melihat. (Al-Hajj/22:61)
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَيُوْلِجُ النَّهَارَ
فِى الَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَۖ كُلٌّ يَّجْرِيْٓ اِلٰٓى
اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّاَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ٢٩ ( لقمٰن/31: 29)
29. Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah memasukkan malam ke dalam siang
dan memasukkan siang ke dalam malam dan
Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai kepada waktu
yang ditentukan. Sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
(Luqman/31:29)
Ungkapan memasukkan
malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam di dalam ketiga ayat di
atas, menunjukkan bahwa Allah mengatur siklus durasi siang dan malam, ada kalanya
siang lebih panjang daripada malam, sebaliknya ada kalanya malam lebih panjang
daripada siang.
2.
Besi diturunkan dari langit
Penelitian
modern menunjukkan bahwa besi (Fe) yang ditemukan di bumi berasal dari
bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Bintang-bintang ini jauh lebih besar
dari matahari dan suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah
besi dalam sebuah bintang melampaui batas tertentu, bintang tersebut meledak
melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan
ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh alam semesta. Dan
ternyata Allah telah mengungkap fakta ini di dalam Surah Al Hadiid (surah
ke-57), ayat 25:
لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ
وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ
وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ
وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ
اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ ࣖ ٢٥ ( الحديد/57: 25)
25. Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menurunkan
besi yang mempunyai kekuatan,
hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang
menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (Al-Hadid/57:25)
3.
Penentuan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan
Di dalam surah An Najm (surah ke-86), ayat 7,
terungkap penciptaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dari air mani yang
terpancar.
وَاَنَّهٗ
خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ
وَالْاُنْثٰى ٤٥ مِنْ نُّطْفَةٍ
اِذَا تُمْنٰىۙ ٤٦ ( النجم/53: 45-46)
45. dan sesungguhnya Dialah
yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan, 46. dari nuthfah (air mani), apabila dipancarkan,
(An-Najm/53:45-46)
Di dalam ayat ini, yang dimaksud dengan air mani (nuthfah)
yang dipancarkan tentunya adalah sperma yang terpancar keluar dari alat
kelamin laki-laki ketika ejakulasi, yang bila bertemu dengan sel telur dari
perempuan, dengan kehendak Allah, akan melalui proses pembuahan yang
menghasilkan keturunan, apakah jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Dan,
lagi-lagi ayat ini merupakan fakta sains yang telah terungkap oleh ilmu
genetika. Berdasarkan ilmu genetika, sel sperma mengandung kromosom
X dan Y, sedangkan sel telur hanya mengandung kromoson X.
Kromoson X membawa gen perempuan, sedangkan kromosom Y membawa gen laki-laki.
Bila terjadi pembuahan maka salah satu kromosom dari sel sperma itu akan
berpasangan/bergabung dengan kromosom X dari sel telur, sehingga membentuk
kombinasi XY atau kombinasi XX dalam proses pembentukan. Bila yang terbentuk
adalah kombinasi XY, maka janin yang dihasilkan adalah jenis kelamin laki-laki,
dan jika kombinasi XX yang terbentuk, maka lahir janin dengan jenis
kelamin perempuan. Hal ini menegaskan kebenaran ayat tersebut, bahwa
jenis kelamin laki-laki dan perempuan ditentukan dari air mani yang terpancar.
4. Tiga tahapan embriologi
Surah Az Zumar
(surah ke-39), ayat 6, berbunyi:
خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَاَنْزَلَ لَكُمْ مِّنَ الْاَنْعَامِ ثَمٰنِيَةَ اَزْوَاجٍ ۗ يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ
اُمَّهٰتِكُمْ خَلْقًا مِّنْۢ بَعْدِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمٰتٍ
ثَلٰثٍۗ ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ
فَاَنّٰى تُصْرَفُوْنَ ٦ ( الزمر/39: 6)
6. Dia menciptakan kamu dari diri yang satu
(Adam) kemudian darinya Dia jadikan pasangannya dan Dia menurunkan delapan
pasang hewan ternak untukmu. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian
demi kejadian dalam tiga kegelapan.
Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki
kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan?
(Az-Zumar/39:6)
Pada saat turunnya ayat ini tentu orang-orang bertanya-tanya
apa maksud dari tiga kegelapan tersebut. Pada mulanya para ulama menafsirkan
bahwa tiga kegelapan itu adalah kegelapan dalam perut, dalam rahim, dan dalam
selaput janin. Namun dengan berkembangnya ilmu embriologi, ayat ini sejalan
dengan teori fase perkembangan janin (embrio) di dalam rahim, yaitu fase morula,
fase gastrula, dan fase blastula.
Fase perkembangan janin di dalam rahim juga tersurat di dalam
surah Al Mu’minun (surah ke-23), ayat 12 – 14, sebagai berikut:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ
ۚ ١٢ ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ
ۖ ١٣ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ
اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ ١٤ ( المؤمنون/23:
12-14)
12. Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia
dari saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian Kami menjadikannya air mani (nutfah) (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). 14.
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat (alaqah), lalu sesuatu yang melekat itu Kami
jadikan segumpal daging (mudghah),
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.
(Al-Mu'minun/23:12-14)
Rangkaian ayat di atas juga secara
tersurat menggambarkan proses perkembangan janin di dalam rahim, mulai dari
fase nuthfah (tersimpannya campuran
air mani dan sel telur di dalam rahim), di susul dengan fase alaqah (dilekatkannya di dinding rahim untuk
berkebang lebih lanjut), dan diakhiri dengan fase mudghah
(pembentukan daging awal). Selanjutnya akan berproses menjadi makhluk lain
(wujud manusia).
KHATIMAH
Kalau kita ingin mengkaji lebih
jauh lagi ayat-ayat Al Qur’an, sungguh masih banyak lagi ayat-ayat berisi
ungkapan isyarat-isyarat dan atau fakta-fakta sains yang dapat lebih menambah
wawasan dan meningkatkan keimanan kita akan kebenaran Al Qur’an sebagai suatu
kitab suci, yang bukan sekedar sebagai petunjuk kehidupan, tetapi juga banyak
mengandung petunjuk ke arah pengembangan sains dan teknologi.
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ
الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ ١٠٧ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا
١٠٨ قُلْ لَّوْ كَانَ
الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ
كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا ١٠٩ قُلْ اِنَّمَآ
اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ
وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا
وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ ١١٠ ( الكهف/18: 107-110)
107. Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan, untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal, 108. mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin
pindah dari sana. 109. Katakanlah
(Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
110. Katakanlah (Muhammad),
“Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima
wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka
barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan
kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah
kepada Tuhannya.” (Al-Kahf/18:107-110)
Jadilah
ilmuwan yang senantiasa mentadabburi (menghayati) Al Qur’an sebagaimana isyarat
Allah dalam surah An Nisaa (surah ke-4), ayat 82:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ
غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا ٨٢
( النساۤء/4:
82)
82. Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami)
Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka
menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya. (An-Nisa'/4:82)
Dan juga di
dalam Surah Muhammad (surah ke-47), ayat 24:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا
٢٤ ( محمّد/47: 24)
24. Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an
ataukah hati mereka sudah terkunci? (Muhammad/47:24)
Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.
Wallahu a’lam bishshawab.
Posting Komentar